Labirin Kaum Urban

Description

Beratnya hidup di bawah tekanan perkotaan kapitalisme membuat seruan dakwah semakin jauh dari tema-tema besar dan kompleks termasuk persoalan politik. Maraknya komunitas dan gerakan hijrah di perkotaan saat ini masih lebih banyak berkutat pada kajian sehari-hari yang ringan dan populer. Majelis-majelis taklim mengalami stagnansi, Islam tidak dihadirkan sebagai solusi permasalahan kehidupan, tetapi direduksi menjadi obat penenang dan pelarian dari kerasnya kenyataan kehidupan perkotaan. Akhirnya masalah besar tak terbahas–seperti semrawutnya masalah tata kota, tingginya angka kriminalitas dan kesenjangan ekonomi–dan dibiarkan menggunung menjadi “gajah dalam ruangan”.   Kita memerlukan lensa yang lebih besar–jika tidak makro maka minimal di level menengah (meso)–yang akan memotret tantangan urban. Absennya lensa baru ini akan menciptakan kebekuan tidak hanya bagi masyarakat awam perkotaan, tetapi juga para pengemban dakwah. Padahal para pengemban dakwah inilah yang diharapkan akan menjadi dokter yang mampu menyembuhkan kesakitan umat. Dengan lensa ini harapannya jembatan strategis menuju perubahan besar ke arah peradaban Islam menjadi semakin mulus.   Buku ini mencoba menawarkan lensa baru dalam melihat tantangan perkotaan modern yang terkait erat dengan perilaku manusianya, baik citizen maupun pengambil kebijakannya. Lensa yang akan memberi sudut pandang baru dari akidah Islam, dan mencoba mengkontekstualisasikan pesan-pesan Al-Qur’an dalam menjawab paradoks tantangan perkotaan, yakni persimpangan antara kemajuan teknologi dengan kejahiliahan peradaban. Persimpangan antara gedung-gedung pencakar langit ataupun kereta super cepat dengan masyarakat mereka yang terbelenggu oleh tekanan hidup dan kesenjangan. Gejala yang terjadi nyaris di seluruh sudut dunia.