Kamp pengungsian di Bangladesh mulai dipenuhi kelahiran bayi-bayi perempuan Rohingya yang menjadi sasaran korban kekerasan seksual sembilan bulan lalu oleh pasukan keamanan Myanmar. Pasukan Myanmar disebut melakukan tindakan sistematis berupa kejahatan seksual terhadap Muslim Rohingya saat ratusan ribu orang melarikan diri dari negara itu tahun lalu. Hampir sembilan bulan setelah eksodus, Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan, terdapat peningkatan jumlah wanita Rohingya yang hamil di kamp-kamp pengungsi Bangladesh. Sejumlah perempuan mengalami pendarahan, dan disinyalir telah mencoba menggugurkan kehamilannya. MSF merinci, rata-rata 3.100 kelahiran per bulan diperkirakan terjadi di kamp pengungsi Rohingya selama beberapa bulan ke depan. Badan amal itu telah merawat 311 orang yang selamat dari kekerasan seksual antara 25 Agustus dan 31 Maret yang berusia sembilan hingga 50 tahun. Human Rights Watch menyebutkan dua pertiga perempuan yang pernah mengalami kekerasan seksual di Myanmar tidak melaporkannya kepada pihak berwenang atau kelompok bantuan di Bangladesh. Utusan khusus PBB tentang kekerasan seksual, Pramila Patten, memperingatkan kekerasan seksual telah diperintahkan, diatur dan dilakukan oleh pasukan bersenjata Myanmar. “Pemerkosaan adalah tindakan dan senjata genosida,” katanya. (https://theworldnews.net/id-news/bayi-bayi-wanita-rohingya-korban-pemerkosaan-mulai-lahir) Adakah teriris hati dan pikiranmu membaca berita tentang nasib perempuan Rohingya? Kira-kira, adakah yang lebih biadab, selain membunuh tanpa haq dan melanggar kehormatan manusia? Inilah yang dipertontonkan sekawanan manusia-manusia berhati iblis dan berotak binatang terhadap perempuan-perempuan Rohingya. Mereka tidak akan pernah tersentuh dengan bahasa kecaman, kutukan, apalagi sekedar diplomasi basa-basi dunia Internasional. Kebiadaban mengerikan yang hanya dapat dihentikan oleh kekuatan pemimpin yang mampu memobilisasi pasukan, untuk tidak sekedar menyeretnya ke pengadilan Internasional. Lebih dari itu, untuk menyingkirkan seluruh peluang pelanggaran nyawa dan kehormatan, dan mengembalikan para korban kepada kehidupan yang penuh perlindungan tanpa ada lagi ketakutan dan ancaman. Sebuah perlindungan yang bahkan meluas kepada seluruh muslimah di berbagai belahan dunia, dari Rohingya hingga India, dari Palestina hingga Cina. Wahai kaum muslimin, jika penderitaan para perempuan Rohingya tak berkesudahan, kehormatan mereka tak lagi terjaga, hingga nyawa mereka seperti tak ada nilainya, lalu apalagi yang tersisa dari kebanggaan kita?! Sungguh, Allah dan Rasulullah mencintai umatNya yang saling menjaga diri dan kehormatan mereka, “Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu tak lain adalah bersaudara.” [Q.s. al-Hujurat: 10] Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hari Idul Adha, “Wahai manusia, hari apakah ini? Mereka menjawab: “Hari ini hari haram (suci)”. Nabi bertanya lagi: “Lalu negeri apakah ini?”. Mereka menjawab: “Ini tanah haram (suci)”. Nabi bertanya lagi: “Lalu bulan apakah ini?”. Mereka menjawab: “Ini bulan suci”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya darah kalian, harta-harta kalian dan kehormatan kalian, adalah haram atas sesama kalian. Sebagaimana haramnya hari kalian ini di negeri kalian ini dan pada bulan kalian ini”. Beliau mengulang kalimatnya ini berulang-ulang lalu setelah itu Beliau mengangkat kepalanya seraya berkata: “Ya Allah, sungguh telah aku sampaikan hal ini. Ya Allah, sungguh telah aku sampaikan hal ini. Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Maka demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh wasiat tersebut adalah wasiat untuk ummat beliau”. Nabi bersabda: “Maka hendaknya yang hari ini menyaksikan dapat menyampaikannya kepada yang tidak hadir, dan janganlah kalian kembali kepada kekufuran sepeninggalku, sehingga kalian satu sama lain saling membunuh”. (HR. Al Bukhari). Rasulullah menegaskan bahwa jiwa seorang muslim sangat berharga dan mahal di sisi Allah Ta’ala. Sampai-sampai Nabi mengatakan, “Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.” (Riwayat An Nasai) Jika kita begitu fasihnya meminta umat untuk menjaga lisannya dari menyakiti hati saudaranya, maka bukankah kita juga wajib mengingatkan dan mengajak umat untuk menjaga jiwa dan kehormatan saudara kita?! Maka tak ada lagi yang bisa kita harapkan, selain pertolonganNya dan hadirnya pemimpin yang memiliki kemampuan dan kekuatan untuk melindungi setiap detak nyawa dan setiap kehormatan jiwa. Layaknya Rasulullah yang mempecundangi Yahudi Bani Qainuqa, laksana Khalifah Harun ar-Rasyid, yang telah menyumbat mulut jalang Nakfur, Raja Romawi dan Layaknya Al-Mu’tashim yang telah melumat Amuriah. Demi kehormatan seorang muslimah yang terlecehkan! Bukankah Khalifah adalah pelindung umat ?! “[Imam/Khalifah itu tak lain] laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” [Hr. Bukhari dan Muslim].
Wahai Kaum Muslimin, panggilkan perempuan Rohingya seorang Harun ar Rasyid! Panggilkan untuk mereka Al Mu’tashim! Tolong, panggilkan Khalifah, karena tak ada satupun pemimpin dunia Islam saat ini yang mampu berperan layaknya Khalifah! Semoga, kelak kalian punya hujjah di hadapanNya, mengapa perempuan Rohingnya bisa terhina seperti ini !!! Astaghfirullah hal adzim wa atuubuilaih…  
Lestari Admojo Redaksi Fareastern Muslimah #MuslimahTimurJauh

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *