Oleh: Indri Faaza   “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tdak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”  (Pramoedya Ananta Toer)   “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (Ali bin Abi Thalib)    “Setiap tetes tinta seorang penulis adalah darah bagi perubahan peradaban. Karenanya, perhatikanlah bagaimana ujung penamu bergerak.” (Inspiring words for writers)    Mengapa saya harus menulis? Apa pentingnya saya menulis? Pertanyaan klasik yang biasa didapati pada calon penulis atau mereka yang masih alergi dengan menulis. Padahal tidak dapat dipungkiri, keseharian kita dipenuhi dengan aktivitas tulis-menulis. Salah satunya semasa kita bersekolah, kuliah atau bagi ibu rumah tangga saat mencatat anggaran dan pengeluaran harian. Termasuk bagi yang suka curhat di buku diary. =) Artinya, menulis bukanlah sebuah aktivitas yang asing atau baru dalam hidup kita. Terlebih di zaman digital saat ini. Menulis menjadi lebih mengasyikkan. Karena dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Ditambah masifnya informasi dan berita yang tersebar, baik itu berita benar ataupun salah. Menuntut kita lebih jeli dan kritis dalam menangkap informasi dan berita tersebut. Dan tentu kita tidak ingin hanya menjadi pembaca saja bukan atas kondisi ini? Jadi tidak ada alasan untuk tidak menulis. Kemudian yang menjadi pertanyaan baru, lantas saya harus menulis apa? Kalau menurut saya, tulis saja, mulai lah. Just do it. Sebab, dengan kebiasaan yang kita tanamkan untuk menulis meski itu terpaksa. InsyaAllah akan menjadi kebiasaan yang membuahkan hasil manis. Semisal kita menuliskan tentang pengalaman hidup kita atau apa yang kita amati dan dapati di sekitar kita yang di situ dapat menjadi inspirasi bagi yang membaca. Atau bisa juga memulai dengan resume dan resensi buku. Bagi yang gemar sejarah, bisa dengan mengupas tentang sejarah Islam. Menggambarkan bagaimana kegemilangan Islam saat memimpin peradaban dunia dahulunya. Alhasil, melalui tulisan tersebut akan banyak yang mengetahui bagaimana luar biasanya Islam saat diterapkan secara menyeluruh dalam sebuah Institusi Negara bernama Khilafah. Persiapkan diri untuk menjadi penulis handal Seorang penulis yang handal bukan mereka yang memiliki bakat sejak lahir dalam menulis. Namun, mereka yang belajar dan terus belajar tanpa mengenal usia, kemudian membiasakan diri untuk menulis. Sehingga akan terbangun habits yang menjadikan mereka terbiasa untuk menulis. So, mulai lah. Jangan takut salah, keluarkan saja semua ide-ide dalam pikiran. Seorang pemain handal tidak akan langsung bisa menjadi handal, namun memerlukan waktu untuk berlatih dan terus berlatih. Dan mesti dipahami, bahwa kebiasaan menulis harus dibarengi dengan membaca. Artinya harus ada keselarasan antara menulis dan membaca. Karena keduanya ibarat satu koin mata uang. Di mana sisi yang satu dengan yang lainnya itu saling terikat kuat. Tidak bisa dipisahkan. Maka dibutuhkan sebuah atmosfer literasi bagi seorang penulis. Di mana manajemen menulis dan membaca itu harus dibuat. Gunanya untuk apa? Agar menulis tidak lagi menjadi sebuah kebiasaan. Akan tetapi menjadi sebuah kebutuhan. Di mana saat terjadwal antara menulis dan membaca, dan itu tidak dilaksanakan, maka akan berasa ada yang kurang. Ada yang hambar. Akhirnya,,, Sebagai muslimah, yang bersentuhan dengan ide-ide Islam. Tentu ada sebuah keresahan atas realita rusak yang ada di tengah-tengah umat saat ini. Maka beranjak dari keresahan itu, disertai pemahaman untuk menyampaikan kebenaran, maka akan terbangun kesadaran untuk menuliskan sebuah kebenaran. Karena dirinya merasa saat informasi didominasi oleh media yang ada saat ini (media sekuler), jelas itu akan merusak pemikiran umat. Maka dibutuhkan tulisan-tulisan yang menyegarkan pemikiran umat saat ini. Maka, bersegeralah mewarnai dunia dengan ujung pena kita. Jangan biarkan dunia didominasi oleh pemikiran-pemikiran menyesatkan dan berbahaya. Warnai dengan keyakinan kita yang mengalir melalui setiap goresan ujung pena kita. Dan warna terindah bagi pena seorang penulis adalah saat menuangkan ide atau gagasannya, dan menyampaikan kebenaran dengan kacamata Islam. Bukan yang lain. Karena hanya Islamlah satu-satunya sistem dan solusi terbaik. Dulu, kini dan nanti. “Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari) Wallahu’alam bi shawab   Dimuat di https://www.remajaislamhebat.com/2018/05/warnai-dunia-dengan-ujung-penamu.html

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *