Oleh Tia Miftahul Khoiriyah, S. Si*) Lagi, darah Muslim tertumpah terjadi di Kashmir, India. Asifa Bano adalah gadis Muslim berusia delapan tahun di India. Dia tewas dibunuh dengan keji setelah sebelumnya diperkosa oleh sekitar delapan pria pada Januari lalu. Kejadian ini bukanlah peristiwa pertama kali yang pernah terjadi pada Muslim Kashmir. Melainkan sudah sejak tahun 1947, Muslim Kashmir mendapatkan perlakuan yang kejam dari pemerintahan dan penduduk sekitar. Hal ini bermula dari jatuhnya Kashmir sebagai tanah kaum muslim ke tangan Inggris. Kemudian terbentuklah Perjanjian Amritsar antara Inggris dan Feodal Hindu India untuk menjadikan penguasa atas mayoritas kaum muslim tersebut adalah seorang Hindu selama 100 tahun. Saat itulah muslim Kashmir mulai terusir dan terdzalimi. Derita Asifa Bano terungkap dalam penyelidikan bahwa kasus pemerkosaan dan pembunuhan ini sangat sistematis, terencana dan berakar dari kebencian agama yang dipendam oleh Sanji Ram, seorang Hindu, penjaga kuil, melawan komunitas nomaden Muslim Bakarwals sebagai kelompok Muslim terbesar di Jammu dan Kashmir. Bermaksud agar Muslim Bakarwals menyerah terhadap tuntutan kelompok Hindu untuk meninggalkan wilayah yang dipersengketakan selama bertahun-tahun. Bagaikan sebuah virus yang dikhawatirkan menyebar. Kasus Asifa Bano bukan hanya menakuti keluarga Bano, masyarakat Bakarwals, juga menakuti pengacara keluarga Bano, Deepika Rajawat. Rajawat mengaku, dia mendapat ancaman bakal diperkosa dan dibunuh oleh para pendukung delapan pelaku. (https://internasional.kompas.com). Akibatnya hampir semua keluarga komunitas Bakarwals telah meninggalkan Rasana, hanya sedikit yang memutuskan tinggal. Terlebih partai berkuasa Bharatiya Janata pun mendukung atas pembebasan tersangka Asifa Bano. Hal ini jelas membuat ketentraman, kebahagiaan, kenyamanan, bahkan jaminan hidup untuk Muslim Bakarwals pun berharga mahal.
Sejatinya, kebencian terhadap Islam akan terus tumbuh di hati kaum kafir penjajah selama umat Islam tersistem dibawah penguasaan mereka.  Bagi mereka, umat Islam pantas untuk menjadi korban pelecehan, pemerkosaan, pembantaian, bahkan pengusiran. Sebagaimana firman Allah swt dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 120 bahwaOrang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu (umat Islam) hingga kamu mengikuti agama mereka”. Maka untuk menghapus penderitaan kaum muslim adalah dengan mengembalikan Kepemimpinan Islam.
Kepemimpinan Islam mencegah semua tindakan kriminal. Bahkan sebelum derita Asifa Bano terjadi, Khalifah akan menunjukan kewibawaan dengan mengidentifikasi kebenciaan non muslim untuk ditindaklanjuti secara tegas. Mereka tidak akan dibiarkan bebas bertindak dalam merenggut nyawa seseorang apalagi melindungi seorang pembunuh manusia. Seperti halnya kasus penyingkapan jilbab seorang muslimah oleh Yahudi, Bani Qainuqa yang berakhir terbunuhnya pemuda pembela muslimah tersebut. Kejadian ini membuat kesabaran Rasulullah saw habis. Rasulullaah saw bersama pasukan kaum Muslim mengepung mereka dengan ketat selama 15 hari. Hingga keluarlah keputusan beliau mengusir Bani Qainuqa dari Madinah. Dan saat ini kaum muslim tidak memiliki pemimpin sehingga pengulangan Asifa Bano adalah sebuah keniscayaan.
Asifa Bano berikutnya bukan hanya Muslimah Bakarwals saja.  Melainkan seluruh muslimah di dunia ini. Maka selayaknya kita sebagai seorang muslim meletakkan derita Asifa Bano sebagai derita seluruh kaum muslim. Kemudian menuntaskan derita ini dengan bersatu melawan kebencian orang kafir dalam satu komando jihad. Adalah harapan palsu menuntut Justice for  Asifa Bano dalam sistem kufur ini. Karena sungguhnya Justice for Asifa Bano hanya akan terwujud dalam kepemimpinan Islam. Sehingga revolusi kepemimpinan Islam lah yang seharusnya menjadi pusat pergerakan seluruh muslim dunia.
Wallahu’alam bi ash-shawab *)  Guru dan Anggota Komunitas Penggerak Opini Muslimah IMuNe

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *