Oleh: Fahmiyah Tsaqofah Islamiy (Siswi kelas 10 HSG SMA Khoiru Ummah Sepanjang-Taman, Anggota komunitas Smart With Islam Sidoarjo)
Siapa yang tak kenal mahasiswa? Ya, mereka adalah manusia-manusia yang sejatinya memiliki idealisme yang tinggi. Masih ingatkah kita dengan peristiwa 10 Mei 1998? Saat dimana sebuah reformasi di Indonesia dipelopori oleh mahasiswa sebagai tokoh utamanya mampu menggerakkan semangat rakyat Indonesia menggulingkan rezim yang sedang berkuasa dan mencengkeram negri ini selama 32 tahun.
Berbicara tentang mahasiswa, erat kaitannya dengan bagaimana pola pendidikan yang mereka enyam sehingga dapat menempa mereka menjadi insan yang kritis dan memiliki idealisme yang tinggi untuk mewujudkan sebuah perubahan.
Namun siapa sangka, di era Kapitalis Neolib hari ini eksistensi mahasiswa sedang dibajak habis-habisan dengan adanya keharusan bagi mereka untuk menggenjot kredit pertumbuhan perbankan yang dianggap lamban melalui Student Loan (setelah sebelumnya mereka ‘dipaksa’ memiliki kartu BPJS). Rezim ini tampaknya sedang berkaca pada AS yang menurutnya sudah sukses menyalurkan student loan senilai hingga US$1,3 triliun (Rp 17.888 triliun). (cnbcindonesia.com)
Pernahkah kita berpikir betapa ide “Student Loan” ini memiliki bahaya yang luar biasa?
Perlu kita ketahui, bahwa Student Loan yang diterapkan di AS ternyata menyisakan masalah keuangan yang tidak kecil bagi para debiturnya. Dilansir dari CNBC International, sekitar 70% mahasiswa perguruan tinggi di negara itu lulus dengan beban pinjaman yang signifikan untuk dipikul. Saat ini, lebih dari 44 juta warga Amerika menanggung sekitar US$1,5 triliun hutang pendidikan secara kolektif. Ini berarti sekitar seperempat orang dewasa di Negeri Paman Sam itu sedang membayar cicilan pinjaman uang kuliah mereka. Ketika lulus, nilai rata-rata pinjaman yang ditanggung debitur mencapai US$37.172 atau naik sekitar US$20.000 lebih tinggi daripada 13 tahun lalu.
Sangat jelas, bahwa selain menyulitkan para mahasiswa untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Sistem student loan ini mendidik para mahasiswa dengan budaya hutang ribawi yang jelas-jelas diharamkan dalam Islam, selain itu hal ini juga bisa menjadi alat bagi pemerintah untuk berlepas dari tanggungjawabnya mengurus rakyat.
Adanya Student Loan menjadi ajang bagi penguasa untuk mengalihkan tanggungjawabnya dalam memenuhi kebutuhan pendidikan rakyat kepada swasta. Dalam hal ini tentu akan mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi para investor swasta yang siap menyandang dana pinjaman untuk kebutuhan pendidikan debiturnya (para pelajar mahasiswa) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebagaimana yang kita tahu, bahwa kini Indonesia dikuasai oleh para pengusaha. Dimana sebagian besar kebutuhan rakyat Indonesia senantiasa dialihkan tanggungjawab pemenuhan nya dari penguasa kepada pengusaha (swasta).
Beginilah kehidupan di era kapitalistik yang semua serba diukur dengan uang. Hubungan penguasa dengan rakyat bagai hubungan pedagang dengan pembeli, bukan sebagai ibu yang mengurus dan mengayomi rakyat nya, jelas semua serba diukur dengan keuntungan.
Sungguh sangat berbeda dengan konsep Islam yang mengharuskan penguasa menjadi pengayom pertama dan utama rakyatnya. Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya seorang pemimpin itu adalah perisai, rakyat akan berperang di belakangnya serta berlindung dengannya. Apabila ia memerintahkan untuk bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla serta bertindak adil, maka ia akan mendapat pahala. Tetapi jika ia memerintahkan dengan selain itu, maka ia akan mendapat akibat buruk hasil perbuatannya.” [Hadis Riwayat Muslim, 9/376]
Dalam sistem pendidikan yang diberlakukan oleh Islam, pendidikan adalah hak finansial setiap individu yang akan diberikan oleh negara secara cuma-cuma dan tanpa kompensasi sedikitpun. Kebijakan ini memudahkan para pelajar dan membuat mereka jauh dari kekhawatiran untuk mengejar pendidikan setinggi mungkin. Maka tidaklah mengherankan jika peradaban Islam yang gemilang mampu melahirkan ulama-ulama dan ilmuwan-ilmuwan tersohor, yang hasil penemuan-penemuan nya sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan modern saat ini.
0 Komentar