Pada akhir bulan Februari lalu dalam sebuah konferensi yang di selenggarakan di Kuala Lumpur, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad menyampaikan salah satu poin yang berkaitan dengan mulai tegangnya rivalitas Asing dalam melakukan intervensi di wilayah ASEAN. Mahathir mengatakan bahwa telah terlihat benih-benih konfrontasi dimana perbatasan garis sudah dibuat, armada tengah dipersiapkan, dan pangkalan militer sudah dibangun. PM Mahathir menjelaskan bahwa ASEAN akan dipaksa untuk membeli senjata dari negara besar untuk bertikai dan dikhawatirkan akan bernasib sama dengan Timur Tengah. “Menghasilkan keuntungan bagi negara asing maupun kekuatan besar yang terlibat. Di sisi lain, negara Asean mengalami kemiskinan dan ketidakstabilan,” tuturnya.
Nada yang sama terlihat dari peringatan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong terhadap negara-negara ASEAN yang mungkin akan terpaksa memilih antara AS dan China. Pernyataan Lee ini mencerminkan kekhawatiran negara-negara yang lebih kecil bahwa perang perdagangan AS-Tiongkok dapat mengganggu integrasi rantai pasokan di seluruh Asia, diungkap saat pertemuan puncak regional yang diselenggarakan oleh 10 negara anggota ASEAN, pertengahan November 2018 tahun lalu.
Situasi ini memang sudah terpampang dengan jelas beberapa negara big power diluar ASEAN sudah mulai melakukan banyak intervensi di berbagai bidang. Amerika dan China adalah dua raksasa ekonomi yang sering mengusik kondisi negara negara ASEAN. Jika hal ini dibiarkan seluruh kebijakan tidak akan menjadi murni menjadi kebijakan penguasa namun yang ada akan berfokus pada kepentingan dari negara asing yang ikut campur dalam urusan negera di ASEAN. Bukan hanya urusan luar negeri namun urusan dalam negeri. Sistem kapitalis akan selalu berpusat pada keuntungan negara-negara ekonomi kuat yang berkepentingan, walhasil kebijakan yang dihasilkan para penguasa negeri yang lebih lemah tidak lagi bersifat murni namun akan dipengaruhi tekanan asing. Isu yang berada dalam tubuh kaum muslimin sekarangpun tak pernah luput dari bidikan intervensi yang dilakukan.
Faktor yang paling krusial sebenarnya adalah keberadaan negeri Muslim – Indonesia dan Malaysia – di kawasan, yang dipandang sebagai kekuatan Islam yang menentukan di kawasan Asia Tenggara yang tidak kalah dari kekuatan besar yang berpengaruh di kawasan ini. Itu dapat terwujud jika dan hanya jika Indonesia dan Malaysia mengambil Islam sebagai ideologi dan sistem kehidupan. Demikian pula terdapat potensi yang menghubungkan Malaysia dan Indonesia dengan Dunia Islam lainnya karena adanya kemajuan ilmu dan teknologi di bidang komunikasi dan transportasi. Oleh karena itu penting bagi umat Islam di Indonesia dan Malaysia mengambil peran besar dalam politik di kawasan, dengan menjadikan Islam sebagai standar sistem politiknya baik di dalam maupun luar negeri.
Islam dengan visi politik luar negerinya yang luhur tidak akan pernah menempatkan diri sebagai subordinat yang terombang-ambing di antara rivalitas kepentingan AS dan China, begitupun Islam dengan institusi Khilafahnya tidak akan pernah tunduk pada rezim perdagangan bebas di kawasan ASEAN yang memuja sekulerisme dan menggilai pertumbuhan ekonomi, dimana rezim ini akan memperlakukan masyarakat Muslim tidak lebih seperti mesin ekonomi penghasil uang yakni sebagai pasar dan buruh murah, sehingga negeri Muslim jauh lebih mudah dijajah.
Daulah Khilafah akan mengakhiri politik luar negeri negeri-negeri Muslim yang penuh dengan nuansa kelemahan dan ketertundukan ini akibat hegemoni ekonomi. Khilafah akan menggantinya dengan sebuah visi politik luar negeri yang berorientasi mulia untuk penyebaran dakwah Islam ke seluruh dunia dengan metode dakwah dan Jihad.
وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ وَفَسَادٌۭ كَبِيرٌۭ
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” QS. al-Anfal (8) : 73
Wallahu’alam bi asshawab
Penulis: Syifa Nurjanah
Reviewer dan Editor: Fika Komara
Sumber
http://mediadakwahislam1924.blogspot.com/2012/06/politik-luar-negeri-negara-islam-daulah.html
0 Komentar