Oleh: Anissyaul U.
Di zaman now belajar dan menemukan lingkungan politik bagi seorang muslimah negarawan tidaklah susah. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi informasi yang mempermudah muslimah negarawan belajar dimana saja dan kapan saja tidak terbatas daerah bahkan negara. Asal ada kemauan untuk belajar dan mengasah diri, belajar lewat sebuah grup pun jadi. Yups, Pada malam ahad Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar bersama teman-teman grup Kopi Muslimah yang dibersamai oleh bu Fika Komara. Pada kesempatan ini, Bu Fika ingin menyampaikan review hasil tatabu’ tematik dengan judul : Menemukan dimensi strategsi ideologis pada isu-isu lokal. Sebelumnya para anggota grup melakukan tatabu’ yang dilakukan beberapa pekan yang berkaitan dengan judul tersebut.
Dari beberapa berita yang anggota grup kumpulkan sebelumnya, menurut bu Fika ada tiga jenis berita yaitu: 1) Berita soal daerah berlomba-lomba mencalonkan dan menawarkan diri jadi calon ibu kota baru, 2) Berita proyek investasi aseng-asing di daerah, 3) Berita masalah-masalah sosial lokal .
Dari jenis berita pertama ada pola yang bisa dilihat yaitu kepala daerah di era otonomi daerah liberal hari ini demikian agresif memasarkan daerahnya, termasuk berlomba menjadi ibu kota yang pastinya sangat lezat posisinya dari sisi kacamata kapitalistik. Bahkan ada mata kuliah dan penelitian soal marketing daerah. Kepala daerah bangga saat asing bisa masuk menanamkan investasinya. Ini sudah menjadi logika umum dari tatanan sistem kapitalistik hari ini. Setelah Bu Fika memaparkan penjelasan ini, saya berfikir dan menemukan jawaban atas apa yang pernah saya lihat di daerah saya Jepara yang terkenal sebagai kota ukir. Ya, di Jepara sekarang banyak berdiri pabrik-pabrik dari beberapa investor asing. Diantaranya Pabrik garment, pabrik tas, pabrik kabel, pabrik alas kaki yang berjejer berdiri megah. Hal ini terjadi karena sebelumnya Bupati Jepara menyakinkan para Duta besar negeri sahabat pada acara International Trade And Tourism Expo 2018 di Alun-Alun Jepara. Untuk berinvesatsi di Jepara, karena Jepara memiliki iklim yang kondusif untuk berinvestasi. (Jepara.go.id).
Hal ini kemudian ditanggapi oleh bu Fika bahwa jelas praktik otonomi daerah liberal seperti ini adalah sistem tata negara yang masuk angin, dalam kitab ajhizah dijelaskan bahwa urusan kerjasama luar negeri itu harus tersentralisasi pada khalifah bukan wali atau amil. Bupati kan setingkat amil ya. Ini perlu dikritisi karena sudah menjadi pola kuat yang mengarus ke bawah. Bahkan desa saja sekarang otonomi desa sehingga asing lenggang kangkung masuk ke desa. Bayangkan betapa rentannya umat dijarah dan dijamah. Jadi kesimpulannya berita satu dan dua ada hubungan erat, proyek-proyek asing masuk dengan deras.
Namanya sebuah pola pasti kita dapat menemukan hal yang sama pada isu-isu lokal di daerah lain. Bukan hanya di Jepara saja, pola ini juga dapat ditemukan pada isu perpindahan ibu kota ke Kalimantan dan investasi asing di Gorontalo. Bahkan di Gorontalo investasi asing yang dibahasakan dengan skema KPBU (Kerjasama Pemerintah Badan Usaha) sedang diopinikan bahwa KPBU itu bukan utang melainkan “belanja jasa”. Pola ini akan teman-teman temukan juga pada tatabuk isu-isu lokal yang ada pada daerah dimana teman-teman tinggal. Coba deh tatabu’ dan temukan polanya. Baca pola konstelasi Internasionalnya dan ungkap kepada umat. Agar umat sadar bahwa dirinya terjajah.
Sebuah keniscayaan penerapan sistem kufur kapitalisme akan melahirkan kerusakan-kerusakan. Tidak terkecuali kerusakan yang diakibatkan dari investasi asing yang ada di daerah. Selain mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti pencemaran, investasi asing ini akan mengakibatkan kerusakan sosial juga.
Menurut bu Fika, akibat investasi asing yang menjadi primadona pembangunan ekonomi. Maka masalah-masalah sosial adalah dampak dari pembangunan ekonomi batil yang berkolaborasi dengan tangan-tangan penjajah. Dampak yang paling rentan adalah kaum perempuan.
Yups. Lagi-lagi hal ini saya lihat di daerah saya Jepara dan daerah industri di sepanjang jalan semarang ketika perjalanan saya menuju Jogja. Ribuan mbak-mbak bahkan emak-emak menjadi karyawan pabrik-pabrik milik investor asing itu rela meninggalkan anak-anak mereka selama berjam-jam dan rela berdesak-desakan menuju tempat kerja. Selain mengeksploitasi kaum perempuan menjadi tenaga kerja, menurut bu Fika akan muncul permintaan prostitusi dari zona-zona industri itu. Bahkan akan muncul masalah sosial lainnya seperti berita soal bayi-bayi di Konawe yang terkena HIV. Konawe adalah salah satu sasaran investasi aseng dengan seperangkat kebijakan turunan sehingga berujung hadirnya sejumlah persoalan sosial.
Dari review tatabu‘ tematik dengan judul menemukan dimensi strategis ideologis pada isu-isu lokal, bu Fika menyimpulkan bahwa dimensi strategis sebuah isu lokal itu setidaknya bisa kita lihat dari beberapa aspek :
1. Hubungannya dengan kebijakan dari atas/pusat (atau juga konstelasi internasional)
2. Posisi geopolitik area tersebut
3. Terlihatnya gerak gerik penjajah di area itu dengan berbagai bentuknya apakah budaya, pariwisata, infrastruktur, tambang, industri, dll (sesuai dengan potensi ekonomi daerah tersebut)
4. Masalah-masalah sosial yang terjadi terhadap kalangan perempuan dan anak, apakah berhubungan dengan kebijakan kapitalistik atau kehadiran aseng/asing disana
Ketika empat faktor ini bisa kita deteksi dan kita diskusikan, maka insya Allah bisa menajamkan analisis dalam tulisan kita, bahkan dari satu isu besar bisa dibuta beberapa tulisan dengan beberapa angle-nya.
Kekuatan analisis itu sangat terbantu dari kemampuan “membaca pola-pola dari empat poin diatas, juga ditentukan oleh kekuatan tsaqofah Islam kita”.
Selain itu bu Fika berpesan kepada anggota grup Kopi Muslimah untuk perlu terus melakukan analisis konstelasi pada isu-isu lokal yang arusnya kuat dari pusat.
Alhamdulillah ya Allah, malam ahad insya Allah penuh dengan keberkahan. Mengikuti forum ilmu para muslimah yang memiliki cita-cita menjadi muslimah negarawan penggerak opini Islam. Tetap semangat teman-teman. Ada ulama yang mengatakan: Siapa yang mencari sesuatu dengan bersungguh-sungguh pastilah ia mendapatkannya. Bersungguh-sungguh analisis konstelasi pada isu-isu lokal, ungkap konstelasi internasional yang mencengkram daerah kita, negeri kita bahkan negeri-negeri kaum muslimin kemudian gambarkan dengan jelas solusi Islam kepada umat. Allahu akbar.
0 Komentar