Oleh Hana Ummu Dzakiy (Anggota Kopi Muslimah)

Jika membaca berita, akan kita dapati banyak sekali isu-isu lokal. Begitu juga dengan hasil monitoring tematik berita dari anggota grup kopi muslimah.

Masing-masing daerah punya isu lokal. Dari sekian banyak isu lokal yang dikumpulkan oleh anggota Kopi, akhir-akhir ini, Ustadzah Fika mengelompokkannya ke dalam 3 jenis berita : (1) berita soal daerah berlomba-lomba mencalonkan dan menawarkan diri jadi calon ibukota baru, (2) berita proyek investasi aseng dan asing di daerahnya, (3) berita masalah-masalah sosial di lokal.

Contoh berita jenis 1.

Kepala daerah di era otonomi daerah memang meniscayakan untuk agresif memasarkan daerahnya. Termasuk menawarkan untuk jadi ibukota yang sangat menguntungkan dalam kacamata kapitalis.
Bahkan kepala daerah tak sungkan menawarkan daerahnya kepada investor asing. Adalah suatu kebanggaan jika ada investor asing tertarik menanamkan investasi di daerahnya. Salah satunya adalah apa yang terjadi di Jepara. Praktek otonomi daerah telah menjadikan daerah setingkat kota bisa dimasuki asing. Bahkan level desa pun. Betapa rentannya kita dijarah.

Akibat dari banyak investasi asing, pembangunan yang kapitalistik akhirnya muncul persoalan-persoalan sosial. Semisal emak-emak yang dieksploitasi kerja pabrik. Maraknya prostitusi sehingga HIV aids. Bahkan ada balita yang terkena HIV AIDS.

Konawe adalah salah satu sasaran investasi asing. Dari sini kemudian muncul berbagai persoalan sosial. Tak hanya eksploitasi tenaga kerja tapi juga muncul permintaan prostitusi di kawasan industri. Salah satu dampaknya fenomena balita yang terkena HIV AIDS.

Harus dipahami juga bahwa pola investor asing masuk ke suatu daerah itu sangat erat dengan potensi daerah tujuannya. Jika kaya hasil tambang. Maka melalui industri pertambangan. Jika memiliki pemandangan alam yang indah. Maka melalui sektor pariwisata. Jangan heran jika banyak daerah yang mulai menggalakkan pariwisata dengan tujuan menggaet investasi asing. Jika investor asing masuk. begitu juga dengan wisatawan asing. Tinggal menunggu adanya liberalisasi budaya dan pemikiran.

Terakhir, ustazah Fika menyampaikan bahwa dimensi strategis sebuah isu lokal itu setidaknya bisa kita lihat dari beberapa aspek:

(1) Hubungannya dengan kebijakan dr atas/ pusat (atau juga konstelasi internasional)
(2) Posisi geopolitik area tsb
(3) Terlihatnya gerak-gerik penjajah di area itu dengan berbagai bentuknya apakah budaya, pariwisata, infrastruktur, tambang, industri, dll (sesuai dengan potensi ekonomi daerah tsb)
(4) Masalah-masalah sosial yang terjadi terhadap kalangan perempuan dan anak, apakah berhubungan dengan kebijakan kapitalistik atau kehadiran aseng/asing disana

Ketika 4 faktor ini bisa kita deteksi dan kita diskusikan, maka insyaAllah bisa menajamkan analisis dalam tulisan kita, bahkan dari satu isu besar bisa dibuat beberapa tulisan dengan bbrp angle-nya.

Kekuatan analisis itu sangat terbantu dari kemampuan “membaca pola-pola” dr empat poin di atas, juga ditentukan oleh kekuatan tsaqofah Islam kita.

Saya jadi terpikir bahwa apa yang terjadi di Riau akhir-akhir ini dan selalu jadi agenda rutin yakni kebakaran hutan. Ada kaitannya dengan kebijakan pusat yang membiarkan asing menjarah hutan Riau. Tak pernah diusut tuntas atau sanksi tegas dari perusahaan-perusahan yang notabene milik asing.

#CatmonKopi Muslimah #PenggerakOpiniIslam


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *