Oleh: Fahmiyah Tsaqofah Islamiy (Politisi pelajar, siswi HSG SMA Khoiru Ummah Taman-Sidoarjo)
Berita duka menyelimuti jagad media. Seorang mantan rocker yang namanya paling masyhur di dunia hiburan tahun 80-an itu menutup usianya yang ke 61 tahun pada hari Ahad, 24 Juni 2018 pukul 20.49 WIB.
Haryadi Wibowo, atau yang kerap disapa Harry Moekti, sosoknya yang menginspirasi langkah hijrah paling fenomenal membuatnya berhak menyandang penghargaan sebagai pioner hijrah artis dunia hiburan.
Ismail yusanto selaku tokoh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pun turut bersuara. Dalam wawancaranya dengan detik.com pada 25 Juni 2018 Ismail yusanto menyampaikan: “Bila sekarang sedang ramai artis berhijrah, sebuah perkembangan yang bagus, alhamdulillah, maka Ustadz Harry Moekti boleh disebut sebagai pelopor hijrah artis,”
Tak ada media yang mendho’ifkan, dalam proses hijrah beliau semakin bertambah ilmu agama yang beliau dapatkan, semakin mengarahkan beliau untuk aktif di panggung dunia dakwah. Hingga publik mulai melihatnya berdakwah secara terbuka mengenai khilafah.
Sejak Harry Moekti aktif menyerukan ide Khilafah, bahkan lantang menyuarakan penolakan terhadap keluarnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) tentang Ormas, publik secara sadar mengklaim keterlibatannya di Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). (detik.com)
Tak ada tahu pasti seberapa mendalam kiprah Harry Moekti di organisasi yang terkenal mengusung ide khilafah itu, namun perjalanan hijrah Harry Moekti yang mempelopori hijrah artis setelahnya dan keberhasilannya menjadi da’i mantan rocker di dunia dakwah seolah menjadi sinyal keberhasilan HTI mendidik orang-orang yang bergabung dengannya.
Kisah perjalanan hijrah beliau bukan layaknya jalan bebas hambatan, bertolak dari kehidupan yang bergelimang harta dan popularitas, ustadz Harry Moekti pernah kehabisan harta untuk membayar hutang, bisnisnya hancur sehingga tidak menyisakan apapun, termasuk berpisah dengan istri pertamanya karena tidak sejalan dengan jalan hijrah beliau dari rocker menjadi da’i. Namun dari situ, beliau tak kalah semangat untuk terus melanjutkan hijrahnya hingga menjadi da’i inspiratif. Sebagaimana kutipan perkataan beliau, “Dakwah itu menyampaikan apa yang harus mereka dengar, bukan apa yang ingin mereka dengar”
Persis halnya dengan apa yang dialami HTI dalam menjalankan misi dakwahnya dalam menghijrahkan negri ini. Menorehkan kenangan pahit yang berderai-derai. Diawal kedatangannya dengan mengusung ide Khilafah, orang-orang yang membenci perjuangannya melemparkan narasi perlawanan dengan tujuan agar melemah perjuangan dakwah organisasi ini seperti, “Khilafah itu Utopis”, “HTI no action, cuma omdo (omong doang)”, dll.
Namun kini, saat gelombang kesadaran ummat mulai tergerakkan sehingga semakin deras dukungan dan keikutsertaan masyarakat dalam perjuangan penegakan syari’ah Islam dalam bingkai khilafah, narasi jahat yang dulu dilemparkan terhadap HTI, kini berubah menjadi kebijakan dzolim yang menyebabkan legalitas aktivitas dakwah ormas ini dicabut dengan alasan “Dianggap mengusung ideologi yang bertentangan dengan NKRI dan Pancasila”. Ideologi bernama khilafah yang dulu dianggap “Utopis” oleh orang-orang yang membenci kiprah dakwah dan perjuangannya dalam menyelamatkan negri ini.
Menyelamatkan Indonesia dari sistem politik kapitalis-sekuler, menyelamatkan perekonomian negri ini dari sistem ekonomi neo-liberal, menyelamatkan generasi bangsa dari gaya hidup sekuler-hedonis, dan sebagainya.
Sebagaimana kutipan puisi Harry Moekti yang dibacakan dalam acara Muktamar Khilafah 2013:
“Lihatlah.. Bagaimana negara-negara amerika berserikat
Lihatlah.. Negara-negara Eropa membangun Uni-Eropa
Lihatlah.. Satu milyar bangsa China bersatu dalam sebuah negara
Dan lihatlah bagaimana kaum muslimin berpecah belah, kalah, terjajah, ketertindasan apa lagi yang harus terjadi sehingga kita rela bersatu?
Wahai kaum muslimin.. Bersatulah hingga kalian dimenangkan!!!
Bersatulah kalian dalam naungan Khilafah!!!”
Kisah hijrah yang dimulai Harry Moekti dari panggung hiburan ke panggung dakwah mengajarkan kepada kita beratnya perjuangan menjadi seorang pelopor peeubahan. Karena ciri khas seorang pelopor pasti merasakan kepahitan, kesengsaraan, dan pengorbanan yang lebih besar dibanding generasi setelahnya. Namun pada akhirnya, ketika Allah SWT memanggil Harry Moekti ke pangkuan-Nya, beliau bukan hanya mewariskan inspirasi untuk berhijrah dan keistiqomahan berjuang di jalan dakwah bagi jutaan orang, tapi juga momentum opini dakwah yang luar biasa dari perjuangan beliau semasa hidupnya.
Begitu juga perjuangan dakwah Hizbut Tahrir dalam menghijrahkan negri ini. Penuh rintangan yang menghadang, ujian yang datang tiba-tiba, dan cobaan yang mewariskan luka untuk kemudian dikenang pula di masa yang akan datang. Masa dimana apa yang selama ini HTI perjuangkan benar-benar terwujud dan tak meninggalkan kesia-siaan bagi para pejuangnya. sebagaimana bisyarah baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
… ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
“… kemudian ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian” (HR Ahmad dari Hudzaifah ra).
0 Komentar