Secara astronomis, negara Afghanistan berada pada titik koordinat 29°LU – 39°LU dan 60° – 75°BT. Luas wilayah negara Afghanistan adalah 647.500 km². Populasi penduduk Afghanistan per Agustus 2021 menurut data dari PBB yang dielaborasi oleh Worldometer adalah sejumlah 39.931.516 jiwa. Morfologi wilayah di Afghanistan didominasi oleh pegunungan terjal, yang umumnya berjalan dari timur laut ke barat daya. Morfologi pegunungan hampir menempati semua area, kecuali pada Afghanistan bagian utara-tengah dan wilayah barat daya yang didominasi oleh dataran. Sementara dari aspek topografi, hampir separuh negara memiliki ketinggian 2.000 meter atau lebih, dan puncak tertinggi di timur laut Hindu Kush jangkauan melebihi 7.000 meter. 

Secara tinjauan geopolitik, Afghanistan merupakan crossroad atau akses jalan penghubung Jalur Sutera antara Eropa dan Asia hingga saat ini. Celah Khyber adalah celah penting antara Pakistan dengan Afganistan. Celah ini merupakan celah nasional Pakistan yang terhubung dengan perbatasan Afganistan. Sepanjang sejarah, celah ini merupakan jalur perdagangan yang penting antara Asia Tengah dan Asia Selatan, serta merupakan lokasi militer yang strategis. Di sebelah utara, juga terdapat Celah Salang, yang merupakan gerbang yang menghubungkan Afghanistan dengan Tajikistan. Selain itu, Afghanistan juga berada di jalur persimpangan pipa gas dan minyak serta jaringan listrik. Hal ini kemudian menjadikan posisi strategisnya semakin kompleks. Beberapa jalur strategis tersebut meliputi, (1) Jalur pipa gas yang melintang dari Iran ke China; (2) Pipa gas dari Turkmenistan, yaitu TAPI (Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India); (3) Proyek infrastruktur CPEC (China-Pakistsn Economic Corridor); (4) Jaringan kabel listrik dari Tajikistan untuk Afghanistan dan Pakistan; dan (5) Transit route dari Pelabuhan Karachi, Gwadar dan Bandar Abbas ke Asia Tengah.

Wilayah territorial Afghanistan juga kerap kali disebut sebagai Golden Crescent. Sehingga Afghanistan dikenal sebagai pusat produksi dan distribusi opium global. Opium menjadi komoditas utama perdagangan dan industri Afghanistan, dengan hampir 90% opium dan heroin global berasal dari negeri ini.

Tahun 2010, sebuah laporan oleh para ahli militer dan ahli geologi AS memperkirakan, Afghanistan memiliki kekayaan mineral hampir 1 triliun dolar AS. Ini karena salah satu negara termiskin di dunia itu memiliki tabungan mineral besi, tembaga, lithium, kobalt, emas, dan rare-earth yang sangat besar. Belum lagi tabungan minyak bumi yang baru saja ditemukan. Dilansir dari bbc.com, industri pertambangan di Afghanistan ditaksir bernilai US$1 miliar (Rp14,3 triliun) per tahun. Namun selama dua dekade terakhir semasa pendudukan Amerika Serikat, sebagian besar kekayaan alam Afghanistan tersebut tak tersentuh karena kekerasan dan situasi keamanan yang ekstrim.

Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat dijustifikasi bahwa Afghanistan merupakan arena terpanas dari kontestasi dua raksasa AS VS China. Meskipun AS telah menarik militernya sejak kemenangan Taliban, namun AS tetap memantau Afghanistan dengan cara membangun pangkalan militer di Tajikistan dan Uzbekistan.

Sementara kemenangan Taliban sendiri yang berkuasa di Afghanistan belumlah dikatakan sebagai kemenangan atas ummat Islam karena pada 29 Februari 2020 lalu, pihak AS dan Taliban telah menandatangani perjanjian damai di Doha, Qatar. Kesepakatan dari perjanjian inilah yang menandai berakhirnya invasi militer AS di Afghanistan selama 18 tahun lebih. Draf perjanjian damai ini terdiri dari empat bagian yang menjadi pokok bahasan utama, yaitu (1) Bagian pertama menerangkan jaminan bahwa tanah Afghanistan tidak boleh dipakai siapa pun untuk menyerang keamanan AS dan sekutunya; (2) Bagian kedua berisi jaminan dan mekanisme AS untuk menarik semua pasukannya dari Afghanistan; (3) Bagian ketiga adalah perundingan intra-Afghanistan digelar pada 10 Maret 2020, dan akan dilakukan setelah kedua pihak memenuhi kewajiban di bagian pertama dan kedua; dan (4) Bagian keempat, mencantumkan gencatan senjata secara permanen dan komprehensif harus dibahas dalam negosiasi intra-Afghanistan, seperti tanggal dan mekanismenya. Apabila bagian pertama dan kedua tidak dilanggar, maka akan membuka jalan ke bagian tiga dan empat. Jadi, agaknya terlalu ilusi ketika mengharapkan kebangkitan Islam dari hasil jalan kerjasama dengan negara penjajah AS. Justru malah kemenangan Taliban di Afghanistan saat ini kembali menjadi momentum kaum liberalis dalam menyerang Islam Politik melalui isu terorisme dan deradikalisasi. Kerja mereka sangat efektif berperan seperti mesin propaganda monsterisasi Syariah Islam ke seluruh dunia Islam.

Pada akhirnya, masa depan umat Islam di kawasan ini tergantung pada bagaimana peran Taliban di Afghanistan dan Pakistan yang menjadi kuncinya. Fakta menunjukkan bahwa Taliban yang dibesarkan di madrasah Pakistan dan dilatih di bawah pengawasan tentara Pakistan memiliki lebih banyak kesamaan dengan Pakistan daripada negara asing atau negara tetangga lainnya. Demikian pula, rakyat Afghanistan dan Pakistan memiliki ikatan sejarah dan identitas Islam yang kuat, berbagi mazhab Hanafi yang sama dan memiliki kerinduan yang mendalam untuk kembalinya Islam. Dan yang terpenting, rakyat kedua negara lelah dengan campur tangan dan penaklukan Barat. Sehingga sangatlah masuk akal bagi Afghanistan dan Pakistan untuk melebur menjadi satu kesatuan untuk mendukung kembalinya Islam di jantung Eurasia dan menghilangkan pengaruh Amerika yang bermain lewat satelitnya di India dan Pakistan, Rusia yang bermain di Asia Tengah itu sendiri, dan China yang memainkan perannya di kawasan ini melalui Kerjasama ekonomi.

Afghanistan-Pakistan-Negeri Muslim Asia Tengah adalah poros utama kekuatan Islam di kawasan tersebut yang paling ditakuti oleh kekuatan sekuler. Sehingga, masa depan Islam dari kejadian ini tetap bergantung pada bagaimana performa politik Taliban juga Pakistan dalam melalui fase transisi ini, apakah mereka akan memainkan kartunya untuk Islam dan kebenaran ajaran Allah dan RasulNya secara jernih, atau sekedar permainan politik kepentingan dalam skala lokal dan tetap pada campur tangan negara kafir?

Tidak ada cara lain untuk mencegah musuh menginjakkan kaki mereka ke tanah kaum Muslim selain dengan membentengi mereka dengan perisai, lalu menyatukan Pakistan, Afghanistan dan Asia Tengah sebagai satu negara Khilafah Islam. Inilah kekuatan Islam sebenarnya, BUKAN terletak pada ketergantungan dan aliansi pada musuh-musuh Muslim, apakah itu Cina atau Rusia di Timur atau AS di Barat. Khilafahlah yang akan menyatukan sumberdaya manusia dan kekayaan alam Muslim, serta mengubah takdir kawasan melalui kekuatan ideologi Islam.

Narator : Despry Nur Annisa
Kartografer : Ulfah Choirunnisa
Dibuat oleh Tim Departemen Riset Geopolitik dan Lokus Strategis ImuNe


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *