Oleh: Fika Komara Bulan Ramadhan tahun ini sangat istimewa bagi umat Islam di Indonesia -negeri Muslim terbesar di dunia- karena terjadi “perdebatan dan kegaduhan publik” yang sangat riuh dan kolosal, akibat rentetan sikap rezim dengan berbagai orchestra kebijakannya untuk membungkam ide Khilafah dan aktivis Islam. Uniknya umat melakukan perlawanan sengit melalui sosial media, mengkritisi setiap sikap dan kebijakan rezim, seiring dengan menguatnya posisi dan kekuatan umat Islam. Masya Allah Pasca aksi teror pada akhir bulan Sya’ban, penguasa sangat sibuk dengan berbagai kontroversi kebijakannya yang menimbulkan kegaduhan public, dari mulai mengesahkan UU Anti-Terorisme, merilis daftar mubaligh “aman” versi pemerintah, membredel ribuan akun sosmed radikal, pengetatan disiplin ujaran kebencian pegawai negeri, perilisan 7 kampus radikal versi BNPT, persekusi sejumlah forum-forum aktivis Hizbut Tahrir, sanksi terhadap professor dan dosen yang dianggap anti-NKRI dan pro-Khilafah, sampai pembekuan organisasi mahasiswa penyebar paham radikal Khilafah. Rezim penguasa di Indonesia nampaknya telah menyiapkan semua orkestrasi kebijakan ini beruntun selama bulan Ramadhan, lengkap dengan semua label dan narasi bias yang tendensius terhadap Islam. Banyak aktivis dan intelektual yang masih sehat nalarnya akan merasa terhina, karena intelektualitasnya diremehkan oleh ketidakadilan extravaganza yang terus dipertontonkan. Komunisme dibolehkan dipelajari tapi ide Khilafah dilarang menjadi wacana publik. Kekuatan modal asing diberi karpet merah, sementara kesenjangan sosial kian menganga. Pancasila hanya dijadikan alat gebuk untuk memecah belah publik dengan politik stick and carrot “bersama kami atau bersama kaum anti NKRI radikal”.   Ironisnya sikap sang penguasa justru jauh dari Pancasilais, karena sangat radikal dalam berhutang, impor beras, mendiamkan kesenjangan dan kemiskinan pada rakyat, menyerahkan proyek infrastruktur pada asing, menebar teror kediktatoran, dan elakukan persekusi pada setiap kritik. Semua kegaduhan politik ini sungguh menjadi ujian besar bagi setiap pengemban dakwah di Indonesia. Di tengah perintah berpuasa agar menjadi kaum bertaqwa, umat Islam di Indonesia disuguhkan drama kebijakan sistematis yang  menyudutkan ideologi Islam dan ajarannya. Di sisi lain ini menunjukkan antara umat dan penguasa sudah dalam posisi berhadap-hadapan, tidak dalam satu frekwensi visi dan misi untuk bertaqwa.
Tidak ada lagi warna abu-abu, yang ada adalah hitam putih antara yang haq dan yang bathil sudah semakin jelas. Narasi Khilafah phobia yang terus dibangun rezim di Indonesia tidak akan pernah bisa menghentikan cahaya dakwah Islam yang sudah telanjur bersinar. Rezim sekuler ini harus menerima kenyataan perubahan jika umat menghendaki Islam, karena Khilafah adalah ajaran Islam bahkan adalah mahkota kewajiban demi menyempurnakan ketaqwaan sebagai umat terbaik, umat Muhammad Saw.

Saudara-saudaraku di Indonesia, saat ini kita sudah berada di fase akhir, kegelapan yang semakin pekat adalah tanda bahwa fajar kemenangan sudah kian dekat di ufuk… sehingga sebagai pengemban dakwah kita harus semakin kokoh dalam menanggung setiap rintangan yang pasti akan datang di jalan ini. Kita telah memilih jalan ini dengan kesadaran penuh bahwa jalan ini bukanlah jalan yang mudah dan popular.  Dakwah ini bukan tugas yang mudah, sebagaimana para Sahabat (ra) yang menanggung penderitaan dan pengorbanan demi kemenangan Islam. Kita memulai perjalanan ini dengan kesadaran penuh dan penerimaan bahwa apa pun yang terjadi adalah hanya apa yang Allah swt perintahkan untuk hamba-Nya.*
Saudaraku, ketika mahkota kewajiban ini dicapai sebagaimana janji Allah al Aziz kepada kita, dengan Kehendak-Nya, para pejuang dari tugas berat ini akan dikenang selamanya dalam buku-buku sejarah Ummah di samping nama para Sahabat. Gerbang Jannah akan menyambut orang-orang yang bekerja tanpa lelah dan tanpa pamrih di jalur berduri dan berdarah ini sebagaimana disambutnya  Saad bin Muadz, Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin al-Khattab … Siapa yang tidak menginginkan akhir yang lebih mulia untuk sebuah perjalanan yang penuh gejolak, mengikuti jejak Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم? *Bekerja untuk sebuah Negara Khilafah – sang mahkota kewajiban – di mana semua Hukum Allah dilaksanakan secara bersamaan dan praktis demi memuliakan Ummah Muhammad yang tertindas agar menghirup napas pembebasan sejati dari tangan besi tiran tiran mereka yang telah menghinakan mereka dengan kelaparan, penyiksaan, pengusiran dari tanah mereka.*  

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An – Nuur : 55)

  Baca versi inggrisnya di sini

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *